Ketika Hanya Lisan Kita Yang Berkehendak

“ Allahu Akbar………… Allahu  Akbar”

Asyhadu alla ilaha illallah  ………… Asyhadu alla ilaha illallah  “

Suara adzan itu menggema di ruang 13  Rumah Sakit Saiful Anwar Malang, saya dan perawat yang sedang berjaga sontak kaget dan mencari asal suara. Jam masih menunjukkan angka 2 dini hari, tidak mungkin adzan berasal dari masjid Rumah Sakit. Benar saja……ternyata suara adzan tersebut berasal dari salah seorang pasien yang sedang dirawat karena cedera kepala berat dan dalam keadaan koma sejak 3 hari yang lalu.Kami langsung berlari ke arah pasien dengan keheranan mengingat kondisi pasien saat itu masih dalam kondisi tidak sadar.

Continue reading “Ketika Hanya Lisan Kita Yang Berkehendak”

Siapakah Aku ?

Aku adalah teman sejatimu.
Aku adalah penolongmu yang paling hebat,
Juga adalah bebanmu yang paling berat.
Aku akan mendorongmu maju atau menyeretmu kedalam kegagalan.
Aku sepenuhnya tunduk pada perintahmu.
Sembilan puluh persen hal yang kamu perbuat boleh kamu serahkan
kepadaku dan aku akan dapat mengerjakan secara cepat dan tepat.
Aku mudah diatur, tunjukkanlah kepadaku bagaimana persisnya kamu
menghendaki sesuatu dikerjakan dan setelah beberapa kali aku akan
mengerjakannya secara otomatis.
Aku adalah hamba semua orang hebat dan sayangnya juga hamba semua
orang pecundang.
Aku bukan mesin, walaupun aku bekerja dengan presisi mesin ditambah
intelegensi manusia.
Kamu bisa menjalankan aku demi meraih keuntungan atau malah hancur,
tidak ada bedanya bagiku.
Ambillah aku, latihlah aku, bersikaplah tegas terhadapku, maka aku
akan menempatkan dunia dibawah kakimu.
Bersikap longgarlah terhadapku maka aku akan menghancurkanmu.

KENAPA DOA TIDAK SEGERA TERKABUL?

Ada masalah penting yang perlu saya ingatkan kepada aktivis Islam. Yaitu, kadang, ada aktivis Islam berdoa kepada Allah Ta’ala dan minta sesuatu kepada-Nya. Ia berdoa dan berdoa, dengan mengiba kepada-Nya. Tapi, doanya tidak kunjung dikabulkan Allah Ta’ala. Sejak saat itu, ia tidak lagi berdoa dan tidak punya harapan doanya dikabulkan Allah Ta’ala. Sikap seperti itu dilarang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,

 

“Dioa salah seorang dari kalian dikabulkan selagi ia tidak buru-buru doanya dikabulkan. Ia berkata, ‘Aku telah berdoa kepada Tuhanku, tapi doaku tidak dikabulkan’.” (Diriwayatkan Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).

Di riwayat Muslim disebutkan,

 

“Ditanyakan, ‘Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan minta segera doa dikabulkan?’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,’Hamba itu berkat, aku berdoa dan berdoa, tapi doaku tidak dikabulkan’.” (Diriwayatkan Muslim)

Akhi, aktivis Islam, ketahuilah, ada banyak sebab kenapa doa tidak segera dikabulkan Allah Ta’ala dan ada hikmah besar di balik tidak dikabulkannya doa dalam waktu cepat. Di antara sebab dan hikmah itu adalah sebagai berikut:

1. Bisa jadi, penyebab tertundanya pengabulan doa Anda dikarenakan Anda belum memenuhi syarat-syarat diterimanya doa. Kadang, bentuknya ialah Anda tidak menghadirkan hati Anda saat berdoa, atau waktu berdoa Anda bukan waktu dikabulkannya doa, atau Anda tidak khusyuk, merendahkan diri, dan syarat-syarat doa penting lainnya.

2. Kadang, tidak terkabulnya doa dikarenakan sebab tertentu, atau ada dosa yang Anda belum bertaubat darinya, atau ada dosa di mana Anda tidak bertaubat dengan jujur darinya, atau makanan Anda mengandung syubhat atau ada hak milik orang lain pada Anda dan Anda belum mengembalikannya. Karena itu, Anda harus bertaubat dengan taubat nashuhah, dengan melengkapi syarat-syaratnya dan mengembalikannya hak orang lain kepada pemiliknya terlebih dahulu. Inilah sebab terpenting tidak dikabulkannya dia. Disebutkan di hadits bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

 

“Hai Sa’ad (bin Abu Waqqash), makanlah makanan yang baik-baik, niscaya engkau menjadi orang yang doanya dikabulkan.”

Juga disebutkan di hadits shahih,

 

“Lalu, Rasulullah mengisahkan seseorang yang rambut  acak-acakan, berdebu, dan menengadahkan tangan ke langit untuk berdoa, ‘Ya Allah, ya Allah.’ Padahal, makanannya haram. Minumannya haram. Pakaiannya haram. Dan, diberi makan dari sumber haram. Bagaimana doanya dikabulkan?”

(Diriwayatkan Muslim, At-Tirmidzi, dan Ahmad).

 

Akhi, aktivis Islam, Anda harus membersihkan “jalan-jalan” terkabulnya doa dari segala kotoran dosa.

3. Bisa jadi, Allah Ta’ala sengaja menyimpan pahala doa dan baru Dia berikan kepada Anda di akhirat kelak atau Dia menghilangkan keburukan dari Anda. Diriwayatkan dari Ubadah bin Ash-Shamit Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

 

“Jika di atas bumi ada orang Muslim berdoa kepada Allah dengan satu doa, maka Dia mengabulkan doa itu atau menghilangkan keburukan darinya, selagi ia tidak mengerjakan doa atau memutus hubungan kekerabatan.” Seseorang berkata, “Bagaimana kalau kita memperbanyak doa?” Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Allah lebih banyak lagi mengabulkan doanya atau menghilangkan keburukan darinya.” (Diriwayatkan At-Tirmidzi, Ahmad, dan Al-Hakim).

 

Di riwayat Al-Hakim ada tambahan,

 

“Atau Allah menyimpan pahala seperti doa itu untuknya.” (Diriwayatkan Al-Hakim).

Akhi, aktivis Islam, barangkali, ini lebih baik bagi Anda, sebab dengan disimpannya pahala doa di akhirat dan baru diberikan kepada Anda saat itu, maka itu mengangkat derajat dan martabat Anda. Saat itu, Anda berbahagia dan berharap seandainya seluruh pahala doa Anda disimpan dan baru dibagikan di akhirat.

4. Penundaan terkabulnya doa merupakan ujian baru dari Allah Ta’ala kepada seseorang. Allah Ta’ala ingin menguji iman orang itu, dengan doa tidak segera dikabulkan, setan membisikan pikiran jahat kepada seseorang, dengan berkata kepadanya, “Apa yang Anda minta itu ada pada Allah. Kenapa doa Anda tidak segera dikabulkan?” Dan, bisikan-bisikan jahat lainnya. Orang Muslim harus melawan bisikan jahat seperti itu dan mengusirnya dari dirinya, dengan segala sarana. Ia harus tahu bahwa jika hikmah di balik doa tidak dikabulkan dengan segera ialah Allah Ta’ala ingin menguji hamba-Nya dengan cara memerangi iblis, maka hikmah itu sudah cukup baginya.

5. Hikmah lain doa tidak segera dikabulkan ialah orang Muslim tahu hakikat penting. Yaitu, ia hamba Allah Ta’ala, Allah itu pemilik segala-galanya, dan pemilik berhak berbuat apa saja terhadap miliknya, dengan cara memberi atau tidak memberi. Jika Dia mau memberi, maka itu salah satu bentuk keadilan-Nya dan Dia punya alasan kuat di dalamnya. Anda juga tahu, ternyata Anda bukan buruh yang langsung marah jika gajinya tidak segera diberikan dan Anda tahu makna sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam setelah Perdamaian Al-Hudaibiyah,

 

“Aku Rasulullah dan Allah tidak pernah akan menelantarkan aku.” (Diriwayatkan Al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad).

Ketika doa tidak segera dikabulkan, maka iman seseorang teruji dan terlihat perbedaan antara orang beriman sejati dengan orang beriman gadungan. Sikap orang Mukmin tidak berubah terhadap Tuhannya ketika doanya tidak segera dikabulkan dan malah ia semakin rajin beribadah kepada-Nya.

Setiap aktivis Islam harus ingat bahwa ketika Nabi Ya’qub Alaihis Salam kehilangan anak kesayangannya, Nabi Yusuf Alaihis Salam, beliau tidak henti-hentinya berdoa dan berdoa. Tapi pengabulan doa beliau tertunda hingga waktu yang lama, hingga ada yang mengatakan, “Nabi Ya’qub berdoa selama empat puluh tahun.”

Penderitaan dan cobaan yang dialami Nabi Ya’qub Alaihis Salam semakin meningkat. Anaknya yang lain, Bunyamin, hilang, dan kedua matanya buta karena sedih. Kendati demikian, beliau tetap optimis bahwa penderitaan ini semua suatu saat akan berakhir. Ketika itulah, beliau berkata,

 

“Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semua kepadaku, sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” (Yusuf: 83).

6. Kadang, doa yang tidak segera dikabulkan itu membuat Anda selalu berdiri di depan Allah Ta’ala, selalu merendahkan diri dan berlindung diri kepada-Nya. Sebaliknya, jika permintaan Anda dikabulkan, maka Anda lebih sibuk, lalu Anda tidak ingat kepada Allah Ta’ala, tidak meminta dan berdoa kepada-Nya, padahal keduanya inti ibadah. Inilah realitis sebagian besar kita. Buktinya, jika tidak ada cobaan, maka kita tidak berlindung diri kepada Allah Ta’ala, seperti dikatakan Ibnu Al-Jauzi Rahimahullah. Kadang, cobaan itu sendiri, saking beratnya, membuat Anda lupa Allah. Dan, jika ada sesuatu yang mengiuatkan posisi Anda di depan Allah Ta’ala, maka itu baik sekali bagi Anda. Ibnu Al-Jauzi meriwayatkan dari Yahya Al-Bakka’ (yang suka menangis) bahwa Yahya Al-Bakka’ bermimpi bertemu Allah Ta’ala. Di mimpi itu, Yahya AL-Bakka’ berkata, “Tuhanku, aku sudah sering berdoa kepada-Mu, tapi Engkau tidak kunjung mengabulkan doaku?” Allah berfirman, “Hai Yahya, Aku ingin selalu  mendengar suaramu.”

7. Jika doa Anda segera dikabulkan Allah Ta’ala maka bisa jadi Anda malah berbuat dosa, atau berdampak buruk pada agama Anda, atau fitnah bagi Anda, atau apa yang Anda minta itu sekilas baik bagi Anda padahal sebenarnya tidak baik bagi Anda. Terutama, bagi orang yang tidak berdia dengan doa-doa yang diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan mengajukan permintaan tertentu kepada Allah Ta’ala.

Diriwayatkan dari salah seorang generasi salaf bahwa ia minta perang meletus kepada Allah, lalu ada suara yang berkata kepadanya, “Jika engkau ikut perang, engkau ditawan. Dan, jika engkau ditawan, engkau masuk Kristen.”

Setiap aktivis Islam harus memperhatikan doa-doa di Al-Qur’an dan Sunnah. Semua yang telah saya sebutkan mengingatkan kita pada firman Allah Ta’ala,

 

“Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan manusia itu bersifat tergesa-gesa.” (Al- Isra’: 11).

8. Setiap dia punya ketentuandan takaran. Adalah tidak masuk akal, hari ini Anda berdoa Khilafah Islamiyah berdiri, lalu Anda tunggu itu terwujud besok pagi. Doa agung ini punya takaran, syarat, sebab, prolog, hasil, kerja keras, pengorbanan besar, kaderisasi generasi yang dididik Allah Ta’ala secara langsun dan Dia siapkan berkuasa di atas bumi. Adalah tidak realistis, salah seorang dari kita berdoa seperti doa tersebut hari ini dan minta terealisir beberapa hari lagi! Seorang ahli tafsir menyebutkan bahwa jarak antara doa Nabi Musa Alaihis Salam,

 

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau memberi kepad Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan di kehidupan dunia, ya Tuhan kami, akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Mu. Ya Tuhan kami, binasakan harta benda mereka, dan kunci mati hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih.” (Yunus: 88).

Dengan terkabulnya doa dan firman Allah Ta’ala,

 

“Sesungguhnya permohonan kamu berdua dikabulkan.” (Yunus: 89).

Itu empat puluh tahun.

 

Mari kita kaji. Pihak yang berdoa adalah Nabi Musa Alaihis Salam, salah seorang dari rasul-rasul Ulul Azmi, sedang pihak yang meng-amin-kannya ialah Nabi Harun Alaihis Salam, nabi mulia. Keduanya telah memenuhi semua syarat dan etika doa. Pihak yang didoakan celaka ialah Fir’aun dan konco-konconya, yang notabene manusia paling dzalim, fasik, dan kafir, saat itu. Meski begitu, doa Nabi Musa Alaihis Salam tidak segera dikabulkan Allah Ta’ala. Itulah takaran dan kelebihan doa itu. Yang bukan sembarang doa. Point ini penting bagi siapa saja yang merenungkan dan mengkajinya.

nb : sumbernya lupa…semoga bermanfaat untukmu saudaraku….

PARA PECINTA WAKTU FAJAR

Fajar simbol kemunculan semua kebaikan. Simbol kemenangan. Lambang kehidupan. Identitas masa muda. Bukti gerak dan dinamisme. Dalil kebenaran dan keadilan. Fajar terjadi pada waktu sangat hening. Selain itu, fajar merupakan saat-saat kebeningan, moment pembangkit rizki, shalat fajar (Shubuh) bukti nyata kuatnya iman dan kesuciannya dari kemunafikan, sebab waktu itu saat serba sulit bagi jiwa manusia. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda di hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim,

 

“Shalat paling berat pelaksanaannya bagi orangorang munafik oalah shalat Isya’ dan shalat Shubuh. Andai mereka tahu kebaikan pada keduanya, tentu mereka mengerjakannya kendati dengan merangkak.” (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

 

Dr. Abdul Hamid Dayyab berkata, “Manfaat kesehatan yang diperoleh orang dengan bangun pagi banyak sekali. Di antaranya, gas O3 di udara sangat melimpah saat fajar, lalu berkurang sedikit demi sedikit, hingga habis ketika matahari terbit. Gas O3 punya pengaruh positif pada urat sraf, mengativkan kerja otak dan tulang. Ketika seseorang menghitup udara fajar yang dinamakan udara pagi, ia merasakan kenikmatan dan kesegaran tiada taranya di waktu mana pun, baik siang atau malam.”

 

Dua raka’at Shalat fajar

Dua raka’at shalat Fajar adalah shalat sunnah qabliyah (sebelum) shalat Shubuh. Shalat ini disukai Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, hingga beliau bersabda,

 

“Dua raka’at shalat Fajar lebih baik dari dunia dan seisinya.” (Diriwayatkan Muslim).

 

Di riwayat Muslim disebutkan,

 

“Sungguh, dua raka’at shalat Fajar lebih aku sukai daripada dunia semua.” (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

 

Jika dunia dan seisinya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan dua raka’at shalat sunnah fajar (Shubuh) di mata Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, bagaimana keutamaan shalat Shubuh itu sendiri?

 

Orang yang Mengerjakan Shalat Shubuh dan Shalat Ashar tidak Masuk Neraka

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyebutkan, siapa saja konsisten mengerjakan shalat Shubuh dan shalat Ashar, ia masuk surga dan dijauhkan dari neraka. Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tersebut,

 

“Barangsiapa mengerjakan shalat Shubuh dan shalat Ashar, ia masuk surga.” (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim)

 

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda,

 

“Siapa pun yang mengerjakan shalat sebelum matahari terbit (shalat Shubuh) dan terbenam (shalat Ashar), maka tidak akan masuk neraka.” (Diriwayatkan Muslim).

 

Imam Al-Manawi berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberi penekanan khusus pada shalat Shubuh dan shalat Ashar, karena punya nilai lebih dibandingkan shalat-shalat lainnya, atau karena disaksikan malaikat yang bertugas malam dan siang hari, atau karena kedua shalat iru sulit dikerjakan manusia, sebab waktu shalat, Ashar waktu sibuk sedang shalat Shubuh waktu sulit. Karenanya, barangsiapa memperhatikan kedua shalat itu, ia pasti memperhatikan shalat-shalat lainnya. Barangsiapa mengerjakan kedua shalat itu dengan konsisten, tentu ia lebih konsisten mengerjakan shalat-shalat lainnya dan ia nyaris tidak lalai. Jik ia seperti itu, dosa-dosanya diampuni dan ia masuk surga.”

Kita amat prihatin pada orang-orang yang mengklaim dirinya dai yang berbaiat kepada Allah Ta’ala untuk mengemban amanah dakwah. Faktanya, mereka manusia paling malas mengerjakan shalat Shubuh berjama’ah. Hati mereka terbias dengan kondisi seperti itu, lalu memandang diri mereka tidak bermasalah jika tidak mengerjakan shalat Shubuh berjama’ah dan tidak meng-hisab diri mereka atas kelalaian ini. Bagaimana orang yang memprediksikan dirinya dai yang mengajak kepada kebaikan, tapi ia punya jiwa yang tidak mengecam perilakunya yang tidak mengerjakan salah satu rukun Islam? Apakah ia tidak takut dicap sebagai orang munafik?

 

Qur’anul Fajr

Allah Ta’ala berfirman,

 

“Dan shalat Shubuh. Sesungguhnya shalat Shubuh itu disaksikan.” (Al-Isra’: 78).

 

Yang dimaksud dengan Qur’anul Fajr pada ayat dia atas ialah shalat Fajar (Shubuh), yang disaksikan para malaikat. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

 

“Malaikat yang bertugas malam dan malaikat yang bertugas siang pergi secara bergantian kepada kalian. Mereka bertemu saat shalat Shubuh dan shalat Ashar. Malaikat yang bertugas malam naik, lalu ditanya Allah. Padahal Dia lebih tahu daripada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hamba-hamba-Ku?’ Para malaikat yang bertugas malam menjawab, ‘Kami tinggalkan mereka sedang mengerjakan shalat dan datang lagi kepada mereka saat mereka mengerjakan shalat’.” (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

 

Betapa bahagianya orang yang mampu berjihad melawan dirinya, tidak menggubris kenikmatan dan kehangatan “ranjang”, serta melawan semua daya tarik yang menyeretnya ke “ranjang”, demi mendapatkan “cek” bersih dari sifat orang munafik, menjadi orang-orang yang layak menerima berita gembira Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam akan masuk surga, memperoleh kesaksian para malaikat dan pertanyaan Allah Ta’ala. Karena keagungan fajar, Allah Ta’ala bersumpah dengannya saat berfirman,

 

“Demi fajar. Dan malam yang sepuluh.” (Al-Fajr: 2).

 

Fajar itu Standart untuk Manilai Orang

Para sahabat Radhiyallahu Anhu menjadikan shalat jama’ah Shubuh sebagai standart untuk menilai orang, barangsiapa hadir di jama’ah shalat Shubuh, mereka mempercayainya. Dan, barangsiapa tidak menghadirinya, mereka berburuk sangka padanya. Ibnu Umar Radhitallahu Anhuma berkata, “Jika kita tidak melihat seseorang di jama’ah shalat Shubuh dan Isya’, kita berburuk sangaka padanya.”

Apakah perkataan Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma ini tidak mengguncang hati dai dewasa ini, membuat mereka berlomba dengan orang lain untuk menghirup udara pagi, menjadi orang-orang terdepan yang akan ditulis di buku para malaikat yang bertugas malam dan siang hari, serta menjadi pecinta-pecinta fajar?

: dari catatan masa lalu (lupa sumbernya darimana…….tausiyah membangun)

Andaikata Lebih Panjang Lagi

Bismillah,

Seperti yang telah biasa dilakukannya ketika salah satu sahabatnya meninggal dunia Rosulullah mengantar jenazahnya sampai ke kuburan.
Dan pada saat pulangnya disempatkannya singgah untuk menghibur dan menenangkan keluarga almarhum supaya tetap bersabar dan tawakal menerima musibah itu.

Kemudian Rosulullah berkata,”tidakkah almarhum mengucapkan wasiat sebelum wafatnya?”
Istrinya menjawab, saya mendengar dia mengatakan sesuatu diantara
dengkur nafasnya yang tersengal-sengal menjelang ajal”

“Apa yang di katakannya?”
“saya tidak tahu, ya Rosulullah, apakah ucapannya itu sekedar
rintihan sebelum mati, ataukah pekikan pedih karena dasyatnya sakaratul maut. Cuma, ucapannya memang sulit dipahami lantaran
merupakan kalimat yang terpotong-potong.”

“Bagaimana bunyinya?” desak Rosulullah.
Istri yang setia itu menjawab,”suami saya mengatakan ” Andaikata lebih panjang lagi….andaikata yang masih baru….andaikata semuanya….”
Hanya itulah yang tertangkap sehingga kami bingung dibuatnya. Apakah perkataan-perkataan itu igauan dalam keadaan tidak sadar,ataukah pesan-pesan yang tidak selesai?”

Rosulullah tersenyum.”sungguh yang diucapkan suamimu itu tidak keliru,”ujarnya.

Kisahnya begini. pada suatu hari ia sedang bergegas akan ke masjid untuk melaksanakan shalat jum”at. Ditengah jalan ia berjumpa dengan orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntun. Maka suamimu yang membimbingnya hingga tiba di masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas penghabisan, ia menyaksikan pahala amal sholehnya itu, lalu iapun berkata “andaikan lebih panjang lagi”.

Maksudnya, andaikata jalan ke masjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanyalebih besar pula.

Ucapan lainnya ya Rosulullah?”tanya sang istri mulai tertarik.

Nabi menjawab,”adapun ucapannya yang kedua dikatakannya tatkala, ia melihat hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada hari berikutnya, waktu ia pergi ke masjid pagi-pagi, sedangkan cuaca dingin sekali, di tepi jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir mati kedinginan. Kebetulan suamimu membawa sebuah mantel baru, selain yang dipakainya. Maka ia mencopot mantelnya yang lama, diberikannya kepada lelaki tersebut. Dan mantelnya yang baru lalu
dikenakannya. Menjelang saat-saat terakhirnya, suamimu melihat
balasan amal kebajikannya itu sehingga ia pun menyesal dan
berkata, “Coba andaikan yang masih yang kuberikan kepadanya dan bukan mantelku yang lama, pasti pahalaku jauh lebih besar lagi”.Itulah yang dikatakan suamimu selengkapnya.

Kemudian, ucapannya yang ketiga, apa maksudnya, ya Rosulullah?” tanya sang istri makin ingin tahu. Dengan sabar Nabi menjelaskan,”ingatkah kamu pada suatu ketika suamimu datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta disediakan makanan? Engkau menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur dengan daging. Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba- tiba seorang musyafir mengetuk pintu dan meminta makanan. Suamimu lantas membagi rotinya menjadi dua potong, yang sebelah diberikan kepada musyafir itu. Dengan demikian, pada waktu suamimu akan nazak, ia menyaksikan betapa besarnya pahala dari amalannya itu. Karenanya,
ia pun menyesal dan berkata ” kalau aku tahu begini hasilnya,
musyafir itu tidak hanya kuberi separoh. Sebab andaikata semuanya kuberikan kepadanya, sudah pasti ganjaranku akan berlipat ganda.

Memang begitulah keadilan Tuhan. Pada hakekatnya, apabila kita
berbuat baik, sebetulnya kita juga yang beruntung, bukan orang lain. Lantaran segala tindak-tanduk kita tidak lepas dari penilaian Allah. Sama halnya jika kita berbuat buruk. Akibatnya juga akan menimpa kita sendiri.Karena itu Allah mengingatkan:

“kalau kamu berbuat baik, sebetulnya kamu berbuat baik untuk dirimu. Dan jika kamu berbuat buruk, berarti kamu telah berbuat buruk atas dirimu
pula.” (surat Al Isra”:7)